Senin, 19 Desember 2011

Negara KonyoL



Indonesia, Negara yang kaya raya, kaya akan sumber daya alam serta sumber daya manusianya. Sumberdaya yang berlimpah, yang seharusny mampu menjadi penopang hidup masyarakat justru sedikit dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar rakyat. Kita bisa lihat betapa banyaknya golongan yang harus bekerja dengan keras untuk bertahan hidup, bahkan tidak jarang kita menganggap pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang kotor atau bahkan tidak halal.
Salah satu pekerjaan yang dianggap hina ialah mencopet. Siapa yang tidak tahu pekerjaan pencopet? Apakah hanya sekedar mencopet? Pekerjaan yang mereka lakukan tidak lain dan tidak bukan merupakan usaha mereka untuk menyambung hidup mereka. Dipalak oleh preman-preman jalanan, dikejar-kejar massa ketika ketahuan mencopet, bahkan tidak jarang mereka keluar masuk bui karena tertangkap oleh polisi ketika sedang beroperasi. Setelah membaca tulisan ini, mungkin sebagian besar dari kita menganggap mereka hina, tapi pernahkah kita berpikir bahwa kita jugalah yang memaksa mereka menjadi pencopet.
Kalau pencopet itu dianggap hina, bagaimana dengan para koruptor? Pencopet hanya mengambil ‘sedikit’ uang dari masyarakat, tetapi mereka menanggung beban resiko yang sangat besar. Sedangkan kita lihat banyak koruptor di negeri ini yang banyak mengambil uang rakyat, tetapi masih bisa bebas dan hidup dengan nyaman dan penuh kemewahan. Bahkan penjara mereka pun bak istana  yang dipenuhi dengan berbagai macam fasilitas.
Minimnya pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya hal tersebut. Bagaimana tidak, kita bisa melihat bahwa pendidikan di Indonesia ini masih tergolong mahal dan tidak semua orang mampu menikmati manfaat pendidikan. Kesulitan biaya menjadi masalah utama dalam masalah pendidikan ini. Inilah salah satu kontribusi kita dalam mencetak seorang pencopet.
Siapa yang pernah memikirkan bagaimana caranya menghilangkan berbagai macam kejahatan di negeri ini? Jangankan memikirkanhal yang besar seperti itu, bahkan masi banyak hal-hal kecil dan sepele lainnya yang luput dari perhatian kita. Kita terlalu sering disibukkan oleh berbagai macam hal yang menjadi kesenangan sendiri. Kita hidup dengan berkecukupan, senang-senang, tetapi di luar sana masih banyak orang yang tidak merasakan nikmatnya hidup seperti yang kita rasakan.
Kurangnya kepedulian kita membuat banyak anak-anak harus bekerja di masa bermainnya. Kurangnya kesadaran kita untuk berbagi, membuat banyak anak-anak yang harus menghalalkan berbagai macam kegiatan untuk menyambung hidup mereka. Apakah kita lupa bahwa hidup ini hanya sekali, dan segala sesuatu yang kita hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa? Semua harta benda kita tidak akan kita bawa sampai kita mati. Sekaya apapun kita, kita tidak akan bisa memesan tempat di surge seperti kita memesan tempat duduk di kereta atau di bioskop.
Sepertinya sudah cukup kita membahas masalah pencopet. Bagaimana dengan pedagang asongan? Apabila kita menganggap pencopet itu pekerjaan yang kotor, bagaimana dengan pedagang asongan? Apakah kita juga masih menganggap pedagang asongan sebagai pekerjaan yang hina?
Secara harafiah, pedagang asongan merupakan pekerjaan yang halal dan tidak melanggar norma-norma yang ada di kehidupan ini. Tapi, pedagang asongan tidak jarang menjadi sasaran Satpol PP yang secara rutin melakukan penertiban pedagang asongan dan kaki lima. Sebenarnya, dimanakah kesalahan mereka? Bukankah mereka sama saja dengan kita? Bekerja untuk menghidupi istri dan anak-anak mereka.
Tak jarang pula Satpol PP melakukan tindak anarkis terhadap para pedangang asongan, kaki lima, pengamen, dan pengemis. Padahal dalam Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak terlantar ditanggung oleh Negara. Lalu mengapa dalam kenyataannya mereka malah diinjak-injak?
Jadi, benarkan? Sungguh lucunya negeri ini, dimana rakyat kecil bersusah payah mempertahankan hidupnya, para koruptor yang membuat rakyat kecil miskin malah bersantai-santai di balik baju safarinya. Lalu kemanakah Indonesia yang kaya akan sumber dayanya? Apakah telah berganti menjadi Indonesia yang kaya akan korupsi dan kemiskinannya? Ini merupakan koreksi kita bersama dan menjadi tugas mahasiswa sebagai agent of change untuk memperbaiki tatanan pemerintahan yang masih dihiasi ketidakjujuran menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar